Nabaheng dan Ohoilim Memulai Perjalanan Transformasi Digital dengan Internet Satelit

Oleh: Dhiya Khairinnisa


Kei Besar, harianmaluku.com
- Desa Nabaheng di Pulau Kei Besar, Maluku Tenggara, kini memiliki akses internet satelit melalui program Desa Digital hasil kerjasama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPPM ITB) dan Kemendesa PDTT. Program ini bertujuan menghadirkan akses internet yang stabil dan memadai bagi masyarakat, membuka peluang baru di bidang pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.

Menurut dosen Teknik Dirgantara ITB Dr. Ir. Khairul Ummah, internet dapat menjadi alat strategis untuk mendobrak isolasi dan membawa inspirasi ke desa-desa seperti Nabaheng. “Melalui internet, masyarakat bisa belajar dari contoh-contoh di YouTube dan berani mencoba solusi sederhana dengan sumber daya yang ada,” katanya di Nabaheng Jumat, (29/11/2024).

Ia menambahkan bahwa internet membuka peluang untuk meningkatkan produktivitas, terutama bagi desa-desa di wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal).

Gotong Royong di Tengah Tantangan

Pemasangan perangkat internet satelit di Desa Nabaheng dilakukan oleh Tim ITB bahu-membahu dengan warga. Proses pemasangan tidak berjalan tanpa tantangan, mulai dari medan jalan yang sulit hingga hujan lebat yang menyebabkan mati listrik. Meski demikian, gotong royong warga membantu mengatasi kendala ini, dan akhirnya perangkat berhasil dipasang dengan dua titik wi-fi strategis, salah satunya di depan Gereja Fangnan, pusat kegiatan masyarakat Nabaheng.

Pemasangan Wi-fi di Gedung Serba Guna Nabaheng (Sumber: harianmaluku.com)

Melihat keberhasilan di Nabaheng, pemasangan internet diperluas ke Desa Ohoilim, yang berjarak sekitar 20 menit perjalanan. Dengan lokasi pemasangan di Balai Desa, wi-fi kini menjangkau lebih banyak warga, termasuk anak-anak sekolah yang mulai menggunakan internet untuk belajar melalui video pembelajaran.

Pemasangan Wi-fi di Balai Desa Ohoilim (Sumber: harianmaluku.com)

Internet Sebagai Sumber Inspirasi

Tidak hanya berhenti di pemasangan, program ini juga melibatkan pelatihan pemanfaatan internet dan keamanan siber. Pelatihan ini diadakan di Gedung Serba Guna Desa Nabaheng, diikuti oleh warga dari Nabaheng, Ohoilim, dan Ohoinangan. Suasana penuh kehangatan saat para peserta dari berbagai desa berkumpul untuk belajar bersama.

Sesi pelatihan tidak hanya berfokus pada cara menggunakan internet, tetapi juga membuka diskusi tentang tantangan yang dihadapi masyarakat sehari-hari. Salah satu isu utama yang dibahas adalah kekeringan air selama musim kemarau, yang sering menyulitkan masyarakat. Selain itu, rendahnya daya beli dan tingginya biaya transportasi untuk menjual hasil pertanian di pusat kecamatan menjadi perhatian utama.

Dengan bantuan internet, warga diajak menonton video tutorial di YouTube untuk mempelajari solusi sederhana yang dapat diterapkan. Mereka belajar bagaimana mengolah kelapa menjadi minyak dan arang batok kelapa, serta mengolah pisang menjadi keripik atau sale. Ide-ide sederhana ini memberikan harapan baru bagi masyarakat untuk meningkatkan nilai tambah produk lokal mereka. “Selama ini sisa batok kelapa hanya dibuang atau dibakar begitu saja. Ternyata dengan cara sederhana bisa dibuat menjadi arang. Arang itu juga bisa kita pakai sendiri untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar seorang peserta dengan kagum.

Diskusi juga membahas cara mengelola dan memasarkan produk melalui media sosial atau platform daring lainnya. Dengan panduan dari tim, warga mulai memahami pentingnya pengemasan produk yang menarik agar dapat bersaing di pasar yang lebih luas. Inspirasi tentang keberhasilan desa lain yang berhasil mengolah singkong menjadi tepung mocaf juga menjadi pembelajaran penting bagi masyarakat Kei Besar.

Kolaborasi Antar Desa

Pelatihan ini juga menjadi momentum untuk mempererat hubungan antar desa. Tim ITB mengusulkan program belajar bersama sebagai bagian dari kolaborasi tiga desa—Nabaheng, Ohoilim, dan Ohoinangan—yang dihubungkan oleh internet. Prinsip ain ni ain, yang berarti “satu memiliki satu,” menjadi landasan kuat untuk menciptakan solidaritas dalam memanfaatkan teknologi demi kesejahteraan bersama.

Para peserta sepakat untuk membentuk kelompok kerja bersama, dengan fokus pada pengolahan produk lokal dan pemasaran daring. Tim ITB berkomitmen untuk terus mendampingi dan memastikan bahwa desa-desa ini tidak hanya terhubung secara digital, tetapi juga menjadi “desa berpengetahuan” yang mampu memanfaatkan teknologi untuk mandiri dan berdaya.

Pertemuan ditutup dengan pesan dari Ibu Pendeta Desa Nabaheng yang mengingatkan warga untuk menggunakan internet dengan bijak. “Mari kita gunakan teknologi ini untuk belajar dan mencari solusi yang bermanfaat bagi desa. Jangan sampai kita hanya sibuk dengan keperluan pribadi,” ujarnya.


SPONSOR
Lebih baru Lebih lama
SPONSOR